Kenyataan Umat Islam : Masa-masa Menipu
SAHABAT RASULULLAH SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM MEMILIKI MANHAJ ILMIYAH (4/4)
Oleh
Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilaaly
Kedua : Hujjah-hujjah Al-Qur’an dan Mantiq Yunani
Ibnul Qayyim berkata dalam Miftah Daaris Saadah 1/145-146 : Dan ada dalam anggapan salah sebagian orang-orang bodoh bahwa Syariat tidak memiliki hujjah dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah berargumentasi (mengemukakan hujjah) dan tidak pernah berdebat.
Sedang orang bodoh dari kalangan ahlil mantiq dan pengekor Yunani menganggap syari’ah itu hanyalah doktrin yang tidak ada hujjahnya kepada mayoritas orang dan para Nabi mengajak mereka dengan cara doktrin sedangkan hujjah (argumen) hanya milik orang-orang khusus yaitu ahli burhan yang mereka maksudkan adalah mereka sendiri dan yang mengikuti mereka. Semua ini berasal dari kebodohan mereka terhadap syariat dan Al-Qur’an, karena Al-Qur’an penuh dengan hujjah dan dalil-dalil serta bukti-bukti nyata (burhan) dalam masalah Tauhid, eksistensi sang pencipta, tempat kembali (alma’ad), pengutusan para Rasul dan penciptaan alam semesta, sehingga tidaklah para ahli kalam (mutakalimin) dan yang lainnya menjelaskan satu dalil yang benar atas hal tersebut kecuali hal itu telah ada di dalam Al-Qur’an dalam ibarat yang lebih fasih, keterangan yang lebih jelas dan makna yang lebih sempurna serta jauh dari kritik dan tanda tanya. Hal ini telah diakui oleh para pakar ahli kalam dari kalangan mutaqadimin dan mutaakhirin.
Abu Hamidz Al-Ghozali berkata di awal kitabnya Al-Ihya : “Jika kamu bertanya : ‘Mengapa dalam pembagian ilmu tidak disebutkan ilmu kalam dan filsafat dan mohon dijelaskan apakah keduanya itu tercela atau terpuji ?’ maka ketahuilah hasil yang dimiliki ilmu kalam dalam pembatasan dalil-dalil yang bermanfaat, telah dimiliki oleh Al-Qur’an dan Hadits (Al-Akhbaar) dan semua yang keluar darinya adakalanya perdebatan yang tercela dan ini termasuk kebid’ahan dan adakalanya kekacauan karena kontradiksi kelompok-kelompok dan berpanjang lebar menukil pendapat-pendapat yang kebanyakan adalah perkataan sia-sia dan ingauan yang dicela oleh tabiat manusia dan ditolak oleh pendengaran dan sebagiannya pembahasan yang sama sekali tidak berhubungan dengan agama dan tidak ada sedikitpun terjadi di zaman pertama. Akan tetapi sekarang hukumnya berubah jika timbul satu kebid’ahan yang menyimpang dari kandungan Al-Qur’an dan Sunnah maka dibungkus dengan syubhat-syubhat dan dihiasi dengan perkataan-perkataan indah sehingga hal yang dilarang dengan hukum yang pasti tersebut menjadi diperbolehkan.
Ar-Roziy berkata dalam kitab Aqsaamul Ladzdzat : Saya telah menelaah buku-buku ilmu kalam dan manhaj filsafat, tidaklah saya mendapatkan kepuasan padanya lalu saya memandang manhaj yang paling benar adalah manhaj Al-Qur’an, saya membaca tentang penetapan (sifat Allah) firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik” [Faathir/35 : 10]
Dan firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Yang Maha Pemurah, yang bersemayam di atas ‘Arsy” [Thaaha/20 : 5]
Dan saya baca tentang penafian (dalam sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala) firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat” [Asy-Syuura/42 : 11]
Barangsiapa yang telah mencoba seperti pengalamana saya niscaya mengerti seperti pengetahuan saya.
Isyarat beliau ini sesuai dengan apa yang telah didapatkannya dari dalil-dalil Al-Qur’an dengan jalan khobar (dalil-dalil sam’iyah) kalau tidak maka penunjukkan Al-Qur’an secara bukti-bukti akal juga menunjukkan dan mengarah kepada hal itu sehingga ia merupakan dalil sam’i dan aqli, inilah keistimewaan Al-Qur’an sehingga orang yang alim terhadap Al-Qur’an adalah orang-orang yang kokoh dalam ilmu (Rosikhun fil ilmi), Al-Qur’an adalah ilmu yang menenangkan hati dan jiwa, menjernihkan akal pikiran, memerangi pola pandang/pikir dan menjadikan hujjah kuat sehingga tidak seorangpun yang mampu mematahkan orang yang berhujjah dengannya bahkan orang yang menyelisihinya akan hancur hujjah dan syhubhatnya, dengan Al-Qur’an terbuka hati-hati dan menerima panggilan Allah dan RasulNya akan tetapi ahli ilmu ini sedikit sekali. Dalil-dalil Al-Qur’an logis, pasti dan kuat tidak akan di masukkan syubhat dan tidak relatif (absolut) serta hati tidak akan berpaling darinya setelah memahaminya.
Sebagian ahli kalam berkata : “Saya habiskan umur saya dalam ilmu kalam untuk mencari dalil (kebenaran) dan saya malah bertambah jauh dari dalil (kebenaran) itu, lalu saya melihat Al-Qur’an, saya telaah dan teliti dan ketika itu saya dapatkan dalil (kebenaran) betul-betul ada bersama saya dalam keadaan saya tidak menyadarinya. Lalu saya berkata : Demi Allah Subhanahu wa Ta’ala saya ini seperti orang yang dikatakan penyair :
Merupakan satu keanehan dan keanehan itu banyak
Dekat kepada kekasih dan tidak pernah sampai padanya
Seperti onta dipadang pasir mati kehausan
Sedangkan air dia membawa air dipunggungnya.
Lalu berkata : Ketika saya meneliti Al-Qur’an ternyata dia adalah hukum dan dalil (kebenaran) dan saya telah melihat padanya dalil-dalil, hujjah-hujjah, bukti-bukti (kebenaran) dan keterangan jelas Allah Subhanahu wa Ta’ala yang seandainya dikumpulkan semua kebenaran yang disampaikan para ulama kalam (Mutakalimin) dam buku-buku mereka sungguh kandungan surat dari Al-Qur’an cukup untuknya dengan keindahan penjelasannya, kefasihan lafadznya, kesesuaian waqaf (pemberhentian ayat) penjelasan tempat-tempat syubhat dan jawabannya dan ternyata Al-Qur’an itu seperti yang dikatakan bahkan lebih dari itu :
Sempurna dan mengobati apa yang ada dihati sehingga tidak meninggalkannya
Seorang cerdik dalam berpendapat baik sungguh-sungguh maupun mainan.
Mulailah setelah itu serdadu ilmu kalam menyerang saya seperti dahulu dan masuk berbondong-bondong ke dadaku akan tetapi hati saya tidak mengizinkan mereka masuk dan tidak menerimanya sama sekali lalu mereka kembali mundur.
Maksudnya, Al-Qur’an itu penuh dengan hujjah-hujjah dan berisi seluruh jenis dalil dan analogi (qiyas) yang benar.
Allah subhanahu wa Ta’ala telah memerintahkan RasulNya Shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menegakkan hujjah dan perdebatan sebagaimana firmanNya;
“Dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” [An-Nahl/16 : 125]
Dan firmanNya:
“Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik” [Al-Ankabut/29 : 46]
Perdebatan Al-Qur’an dengan kaum kafir ada dalam Al-Qur’an demikian juga perdebatan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya dengan para musuhnya dan penegakan hujjah atas mereka adalah sesuatu yang tidak akan diingikari kecuali orang yang betul-betul sangat bodoh.
(Barangsiapa yang ingin keterangan lanjut dan mengerti manhaj salaf dalam perdebatan hendaklah membaca buku saya Munaadzaarat Ma’a Hizbi Iblis Wa Afrakh Al-Kholaf dirsatan wa Tahlilan diterbitkan oleh Dar Ibnil Jauziy Ad-Damaam)
[Disalin dari Kitab Limadza Ikhtartu Al-Manhaj As-Salafy, edisi Indonesia Mengapa Memilih Manhaj Salaf (Studi Kritis Solusi Problematika Umat) oleh Syaikh Abu Usamah Salim bin ‘Ied Al-Hilaly, terbitan Pustaka Imam Bukhari, penerjemah Kholid Syamhudi]
Artikel asli: https://almanhaj.or.id/1757-hujjah-hujjah-al-quran-dan-mantiq-yunani.html